Jumat, 09 November 2012

Andai Aku Menjadi Ketua KPK

Indah rasanya bisa menuangkan ide-ide positif yang begitu kita tunggu-tunggu untuk menyalurkannya. Betapa girang, semangat, dengan semangat bara api yang tak pernah kenal padam. Semua itu karena gerah melihat, mendengar, merasakan kasus-kasus KORUPSI yang membuat telinga ini panas, hati ini gerah, dan amarah pun memuncak karena nutrisi setiap pagi, siang, sore, dan malam hanya kasus korupsi yang satu ke kasus korupsi yang lain. Rasanya ingin amarah itu dilontarkan langsung dihadapan para koruptor yang tak pernah sungkan, tak pernah ngerasa bersalah, dan tak pernah menyadari cara yang sangat menjijikkan ini. Betapa tidak, dari segala penjuru negeri ini masih banyak masyarakat kita yang sangat menderita, bahkan menunnggu uluran tangan pemerintah. Mereka mencoba untuk bisa bertahan hidup dari negeri yang kaya ini, mulai dari pemulung, pengemis, buruh tani, buruh cuci, buruh pabrik, bahkan mereka rela untuk menantang kehidupan liar dihutan demi mengais secuil rizki dibandingkan para koruptor yang enak-enakan makan uang rakyat untuk hidup berfoya-foya, hidup enak, hidup serba cukup, dan bahkan mereka enjoy dengan menikmati kenyamanan diatas penderitaan masyarakat yang seharusnya mereka lindungi hak-haknya, yang seharusnya mereka perjuangkan untuk hidup layak, seharusnya mereka ayomi dan mereka kita beri kesempatan untuk bisa menikmati kehidupan yang layak.

KORUPTOR ataupun tikus-tikus kantor yang tak pernah jijik melihat dirinya yang sesungguhnya tingkah lakunya sangat menjijikkan, gambaran ataupun penyebutan dengan seekor tikus aja ternyata masih kurang mengena dan tak membuat mereka berfikir ulang jika disamakan dengan seekor tikus. Hewan pengerat yang lebih suka hidup dilahan-lahan yang lembab, jorok, kotor, dan memakan kotoran-kotoran yang tak layak kita makan oleh manusia, tapi mereka menikmati makanan itu dengan penuh kelezatan yang seolah tak ada rasa jijik sama sekali. Mereka bahkan bangga dengan menikmati semua fasilitas yang kotor, menjijikan dan jorok. Sungguh sangat menjijikan!!

KPK merupakan badan atau lembaga yang dibentuk oleh pemerintah untuk memberantas korupsi atau tikus-tikus kantor. KPK disini sangat berperan penting dalam memberantas tikus-tikus yang masih berkeliaran seenaknya aja di tempat mereka mencari nafkah. Memang seolah KPK itu dilema jika harus langsung tegas memvonis salah para koruptor, tetapi itu semua harus dipertegas biar tidak menjadi lubang-lubang yang dimanfaatkan oleh orang-orang yang tak punya hati nurani. Semakin kita lengah taupun semakin kita memberi kesempatan dan peluang kepada tikus-tikus kantor itu, maka akan semakin banyak masyarakat kita yang dirugikan, semakin banyak masyarakat kita yang semakin menderita. Satu tikus kantor itu melakukan korupsi, ribuan orang merasakan ketidakadilan disini. Apakah adil jika para koruptor itu hukum ringan?! Apakah adil kalau koruptor itu kita masukan ke dalam bui yang malah layak kita sebut tempat hiburan mereka?! Itukah keadilan di negeri ini? Segitukah kekuatan hukum di negeri ini untuk para koruptor yang menyengsarakan ribuan umat manusia di negeri ini? Pantaskah itu??!!!!!
PANTASKAH??!!!

Akan terlihat tidak manusiawi jika kita menghukum para koruptor ini dan tidak memikirkan keluarga mereka yang ditinggalkan, tapi akan sangat tidak manusiawi lagi kalo kita tahu keadaan masyarakat kita yang kita pimpin itu kelaparan, kesusahan, dan sangat membutuhkan pertolongan! Kalau kita memikirkan orang-orang yang para koruptor tinggal saat mereka dihukum, harusnya masyarakat yang mereka tindas jauh lebih difikirkan lagi. Memang mereka meninggalkan istri, anak mereka saat mereka di bui, ingatlah bahwa kesuksesan seseorang itu pasti ada orang lain dibalik kesuksessannya, jika itu dibalik, "Ingatlah bahwa kegagalan mereka itu pasti ada orang dibaliknya!" Betapa tidak, bisa dipastikan kalau dibalik mereka korupsi, pasti ada dukungan dari orang-orang dibelakang dia. Jadi, sangat tidak manusiawi jika kita melindungi dan memikirkan keluarga yang ditinggalkan, tetapi kita tidak menghiraukan masyarakat kita yang bertahun-tahun menderita karena ulah para koruptor.

Semua itu harus kita pertegas untuk para koruptor. Maka saat aku menjadi ketua KPK, maka hukuman matilah yang pantas mereka dapatkan, bermilyar-milyaran uang masyarakat untuk kepentingan pribadi, bertriliyun-triliyunan uang yang mereka pakai untuk kepentingan pribadi. Masih layakkah mereka hidup?! TIDAK!! Mereka layak untuk kita adili dengan seadil-adilnya, karena merekalah yang menyengsarakan masyarakatnya. Pemimpin seperti itukah yang akan kita perjuangkan terus? Tidakkan? So, TEGASKAN HUKUMAN kepada PARA KORUPTOR!!

Dan jika saya menjadi ketua KPK, saya akan mengawali dari diri saya pribadi untuk mendidik diri saya pribadi untuk tidak mempunyai jiwa koruptor. Karena semua itu dari hal yang kecil, dan hal yang besar akan mengikuti itu semua. Dari hal-hal yang terlihat sepele akan mempunyai dampak yang jauh lebih nyata dan itu semua harus kita tumbuhkan dari diri kita pribadi, dari diri pribadilah kita didik dan tanamkan dengan pendidikan yang penuh karakter kepemimpinan yang benar-benar adil, tegas, dan bisa menjadi tauladan orang lain. Tanpa menutup mata, saya manusia biasa yang tak lepas dari kesalahan yang mungkin saya buat sendiri. Apabila itu terjadi saya akan menerima konsekuensi yang benar-benar adil dalam hukum yang tegas, bersih dan jujur. Apabila itu sudah saya lakukan maka langkagh selanjutnya yang saya lakukan adalah merangkul masyarakat secara umum, karena secara tidak langsung badan KPK tidak akan bersih dan tercapai visi dan misi KPK tanpa ada dukungan yang nyata dari rakyat. Siapapun mereka harus saya tanamkan semuanya itu dari awal. Dari usia sedini mungkin saya ajarkan jiwa-jiwa yang mempunyai karakter untuk tidak korupsi. Berikan dan ajarkan mulai dari usia mereka yang masih bersih, didik mereka menjadi insan-insan yang berkarakter dalam kepribadian seorang pemimpin yang tegas dan tidak berjiwa bersih. Dari sinilah saya mulai untuk mengajak semua kalangan masyarakat untuk menanamkan kepribadian yang berkarakter, jujur, dan bersih melalui pendidikan formal maupun non formal. Bersihkan negeri ini bersama generasi yang bersih dan jiwa-jiwa pemimpin yang benar-benar mempunyai karakter yang hebat!! Dari generasi-generasi inilah yang akan membangun dan memperjuangkan negeri ini, yang tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tetapi lebih mengutamakan kepentingan rakyat yang benar-benar nyata membutuhkan uluran tangan-tangan pemimpin yang jujur. berani, dan tegas.

Tegas bukan berarti melakukan kekerasan. Itulah yang akan saya tanamkan bersama-sama dalam organisasi yang saya pimpin. Dimulai dari hal yang kecil untuk saling menjaga antar anggota dalam organisasi ( menjaga disini bukan berarti menutupi kesalahan anggota), dari hal yang terlihat sepele inilah saya kan mengajak anggota KPK untuk lebih peduli terhada penderitaan yang lebih besar diluar dari anggota (rakyat). Untuk itu saya harus tegas dengan hal-hal kecil didalam keanggotaan saya, yang salah ya dihukum, yang benar ya dirangkul. Apabila semua anggota sudah saya rasa mendekati sempurna, saya akan mengajak badan-badan legislatif dan yudikarif untuk berperan langsung dalam pemberantasan korupsi. Saya satu yang akan lakukan terhadap badan legislatif dan yudikatif adalah menjelaskan secara tegas konsekuensi tindak pelanggaran terhadap para pelaku korupsi. Selanjutnya saya dan anggota akan melanjutkan apa yang dilakukan badan KPK yang selama ini sudah dilakukan (mengungkap oknum-oknum yang terlibat secara langsung atau tidak langsung yang melakukan tindak korupsi).

Dengan landasan yang saya bangun sekiranya sudah cukup kuat, maka saya akan mengajak presiden negeri ini untuk mempertegas hukum yang ada di negeri ini. Jika salah, katakan salah. dan Jika benar ya katakan benar.




Jumat, 21 September 2012

Specification HP G42



ü  Motherboard chipset: Intel HM55

ü  Processor number: 370M

ü  Processor speed: 2.4GHz

ü  Processor: Core I3

ü  Memory / Storage: Amt of RAM 2048 MB

ü  Hard drive: 320 GB

ü  Card Reader: SD, MMC, MS, MS Pro, xD

ü  Optical drive: DVD writer

ü  Connectivity: Ports 3 x USB 2.0, HDMI out, VGA out

ü  Bluetooth: Yes

ü  Infrared: No

ü  Ethernet: 10/100/1000 Wireless LAN 802.11b, 802.11g, 802.11n

ü  Webcam: Yes

ü  Display: Graphics hardware ATI Mobility Radeon HD5470 512MB Amt of video RAM

ü  Diagonal screen size: 14 inch LED-backlit LCD technology

ü  Screen resolution (max): 1366 x 768

ü  Weight w / battery: 2.2 kg

ü  Dimensions: 342 x 228 x 36.5 mm

ü  Power Supply: Battery type (s) included 6-cell Lithium-ion



Asus K42F-VX162D


ü  Processor: Intel® Core™ i3-350M Processor (2.26 GHz, Cache 3 MB).
ü  Chipset: Intel HM55.
ü  Memory: 2 GB DDR3 SODIMM PC-8500, Max. Memory 8 GB (2 DIMMs).
ü  Video: Intel® GMA 4500MHD.
ü  Display: 14" WXGA LED, Max. Resolution 1366 x 768, ColorShine LED.
ü  Audio: Azalia compliant audio chip, with 3D effect & full duplex with Altec Lansing speakers, SRS Premium Sound.
ü  Hard Drive: 320 GB Serial ATA 5400 RPM.
ü  Optical Drive: DVD±RW.
ü  LAN: 10/100 Mbps Ethernet LAN.
ü  Wireless LAN: Wi-Fi® Wireless networking (802.11b/g/n).
ü  Keyboard: QWERTY 82 keys.
ü  Card Reader: SD, MMC, Memory Stick.
ü  Interface: 3x USB 2.0, VGA, HDMI, LAN, Audio.
ü  Battery: 6-cell Li-Ion 4400mAh.
ü  Webcam Integrated.
ü  Dimension (WHD): 34.9 x 3.65 x 23.8 cm.
ü  Weight: 2.2 kg.
ü  Warranty: 2-year Limited Warranty by Authorized Distributor, Except battery and adaptor 1 year warranty.




Spesifikasi TOSHIBA Satellite C640-1054U


ü  Processor : Intel Pentium Dual-Core B940 (2 GHz, Cache 2MB)
ü  Chipset : Intel HM65
ü  Memory RAM : 1gb DDR3,maksimal 4GB 2 slot
ü  VGA card : Intel HD Graphics 3000
ü  Layar : 14 inch WXGA LED,resolusi maksimal 1366 x 768
ü  Harddisk : 500gb SATA 5400rpm
ü  DVD±RW : ada
ü  Lan : ada, 10/100Mbps
ü  Wifi : ada,IEEE 802.11b, IEEE 802.11g, IEEE 802.11n
ü  Bluetooth : ada
ü  Card reader : ada,SD,MMC
ü  Webcam : ada
ü  Port tersedia : 2x USB 2.0, VGA, LAN, Audio
ü  Berat : 2.1kg



Selasa, 25 Januari 2011

KeIndonesiaan yang Hilang

file:///G:/My%20Task%20KUI/Keindonesiaan%20yang%20ilang/Presentation1.pptx

sejarah perkembanan study islam


A.  PENDAHULUAN

Sejarah perkembangan studi Islam dibedakan mrnjadi 3 wilayah, yaitu: di dunia islam, di dunia barat, di Indonesia. Perkembangan studi Islam berkembang dari sorongan dan halaqah di rumah-rumah para ulama ke system kuttab, kemudian ke masjid dan berlanjut menjadi system madrasah (Perguruan Tinggi). Bentuk awal lembaga pendidikan tinggi Islam adalah al-Jami’ah, dari lembaga masjid jami’, tempat berkumpul orang banyak. Kuttab ada dua jenis, yatu kuttab yang berfungsi sebagai tempat untuk mengajarkan baca dan tulis, dan kuttab sebagai tempat untuk mengajarkan al-Qur’an dan dasar-dasar agama Islam. Menurut Charles Michael Stanton, kuttab menjadi dua jenis, yaitu kuttab secular, di ajarkan tata bahasa, sastra dan aritmatika, dan kuttab agama, khusus mempelajari materi agama.
Perkembangan studi Islam di dunia barat secara umum dikielompokkan menjadi dua fase, yaitu fase ketika islam memegang kejayaan dan menjadi pusat ilmu pengetahuan , teknologi dan kebudayaan, dan fase ketika Islam jatuh dan runtuh, sementara dunia barat mulai jaya dan menjadi pusat ilmu, teknologi dan kebudayaan.
Sejarah studi Islam di Indonesia dimulai dengan tradisi belajar kepada ulama-ulama yang sebagian besar adalah pedagang sekaligus pembawa Islam di Indonesia. Sistem yang ada di Indonesia adalah sistem langgar dan berkembang menjadi pesantren. Dilanjutkan dengan sistem kelas.










B.   POKOK PEMBAHASAN


Studi Islam di dunia Islam sama dengan menyebut studi Islam di dunia muslim. Sejarah muslim tercatat sejumlah kajian Islam (dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi) di sejumlah kota dan ada beberapa yang sudah manjadi Negara sendiri. Sejarah perkembangan pendidikan (studi) Islam di dunia Islam, menurut Gorge Stanton, sejarah prestasi umatmanusia dalam bidang ilmu pengetahuan dibagi menjadi beberapa fase, yaitu:
ü  Fase pertama tahun  450-700 SM, disebut zaman Planton, yang kemudian diikuti oleh Aristoteles, Euclides, Archimides, dan seterusnya,
ü  Fase kedua tahun 600-700 M, disebut sebagai Zaman China, dengan tokoh  Hsin dan I Ching,
ü  Fase ketiga tahun 750-1258 M, disebut dengan Zaman Kejayaan Muslim. Saat 350 tahun pertama (750-1100 M) kejayaan tersebut didominasi dan secara mutlak dikuasai sarjana-sarjana Muslim, yaitu Jabir, Khawarizmi, al-Razi, Masu’di, Wafa, Biruni, Ibnu Sina, Ibnu Haitam, Umar al-Khayyam.
Tahun 1100-1258 M, non muslim yaitu Gertando di Cremona dan Roger Bacon. Muslim yaitu Ibnu Rushd, Nasiruddin, al-Tusi, Ibnu Nafis.
                Dalam perkembangan studi Islam dalam dunia Islam, pendidikan Islam dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a.       Perkembangan Studi Islam di Dunia Muslim
b.      Perkembangan Studi Islam di Barat
c.       Perkembangan Studi Islam di Indonesia

A.     Perkembangan Studi Islam di Dunia Muslim
Fase pertama pendidikan Islam sekolah masih di masjid-masjid dan rumah-rumah dengan cirri hafalan, dan dikenalkan logika, matematika, ilmu alam, kedokteran, kimia, music, sejarah, dan geografi. Fase pertama ini dari akhir periode Madinah sampai 4 H. Abad ke 5 H, selama periode khalifah ‘Abbasiyah, sekolah-sekolah didirikan di kota-kota dan mulai menempati gedung-gedung besar, dan mulai bergeser dari matakuliah yang bersifat spiritual ke matakuliah yang bersifat intelektual, ilmu alam dan ilmu sosial.
Berdirinya sistem madrasah di abad 5 H/ akhir abad 11 M, justru menjadi titik balik kejayaan, karena madrasah dibiayai oleh Negara dan diprakarsai oleh Negara. Kemudian madrasah manjadi alat penguasa memprtahankan doktrin-doktrin terutama oleh kerajaan Fatimah, Kairo. Sebelumnya di sekolah ini diajarkan kimia, kedokteran, filsafat, diganti hanya mempelajari tafsir, kalam, fiqh, dan bahasa. Matematika hilang darinkurikulum al-Azhar tahun 1748 M.
Pada masa al-Ghozali (1085-1111 M) yang disebut sebagai awal terjadi pemisah ilmu agama dan ilmu umum, bahkan terkesan dikotomi. Dengan pernyataan bahwa menuntut ilmu agma wajib bagi setiap muslim, sementara menuntut ilmu umum adalah wajib kifayah.
Beberapa kota yang menjadi pusat kajian Islam di masanya, yaitu
1.       Nisyapur,  Madrasah Nizhamiyah.
2.       Baghdad, Madrasah Nizhamiyah, Madrasah Imam Abu Hanifah, Madrasah al-Mustanshiriyah,
3.        Kairo, Madrasah al-Manhuriyah,
4.        Damaskus, Dar al-Qur’an Shabuniyah, Dar al-Hadis al-Nuriyah, dan
5.       Jerussalem, beberapa lembaga sufi yaitu Zawiyah al Wafa,iyah, Zawiyah al Wafa’iyah, Zawiyah al Naqshabandiyah, dan Khanqah al-Shalahiyah.
Ada empat perguruan tinggi tertua di dunia muslim,yaitu:
1.       Nisyapur
Perguruan Tinggi Nizhamiyah Naisyapur dibangun oleh Nizham al-Mulk untuk al-Juwayni,dan ai-Juwayni menjadi mudarris (guru besar) sampai tiga dekade. Di lembaga ini ada empat unsur pokok,yaitu:
a.       Seorang mudarris (guru besar) yang bertanggung jawab terhadap pengajaran di lembaga pendidikan,
b.       Muqri’ (ahli al-Qur’an) yang mengajar al-Qur’an di masjid,
c.       Muhaddis (ahli hadis) yang mengajar hadis lembaga pendidikan, dan
d.      Seorang Pustakawan (bait al-maktub) yang bertanggung jawab terhadap perpustakaan, mengajar bahasa dan hal-hal terkait.
2.       Baghdad
Perguruan Tinggi Nizhamiyah di Baghdad ini berdiri pada tahun 455-1063 M. Perguruan Tinggi ini dilengkapi dengan perpustakaan , yaitu Bait al-Hikmat, yang dibangun oleh Khalif Al-Makmun (813-833 M). Salah seorang ulama besar yang pernah mengajar adalah ahli fikir Abu Hamid al-Ghazali (1058-1111 M), yang terkenal dengan imam Ghazali.
Perguruan Tinggi ini berumur hamper dua abad, tahun 656 H(1258 M) ada penyerbuan bangsa Mongol dari Asia Tengah kea rah barat di bawah pimpinan Hulagu Khan(1256-1349 M).

3.       Perguruan Al-Azhar di Kairo, Mesir
Perguruan Tinggi ini dibangun oleh Panglima Besar Juhari Al-Siqili . Masa pemerintahan Khalif Al-Hakim Biamrillah (996-1020 M) membangun perpustakaan yang diberi nama Bait al-Hikmah (Balai Ilmu Pengetahuan).

4.       Perguruan Tinggi Cordova
Perguruan Tinggi ini dibangunboleh puteri seorang saudagar hartawan di kota Fez, yang berasal dari Kairwan (Tunisia), Afrika barat sampai ke Senegal dan Guinea. Pada tahun 305 H (918 M) perguruan tinggi ini diserahkan kepada pemerintah dan menjadi perguruan tinggi resmi.

B.      Perkembangan Studi Islam di Barat
Perkembangan studi Islam di dunia barat berkaitan dengan perkembangan di bagian timur, sehingga dikelompokkan menjadi tiga fase , yaitu:
a.       Fase Kejayaan Muslim
Sejarah perkembangan studi Islam di dunia barat dengan dunia muslim adalah lewat perguruan tinggi. Beberapa ilmuwan dan tokoh-tokoh barat datang ke sejumlah perguruan tinggi muslim untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan teknologi, yang berada di Baghdad (Irak) dan di Kairo (Mesir),serta di belahan barat ada di Cordova. Kemudian penyalinan manuskrip-manuskrip ke dalam bahasa Latin sejak abad ke-13 sampai bangkitnya zaman kebangunan di dunia barat.
Dengan penyalinan mauskrip-manuskrip yang ada di wilayah timur, dari masake masa semakin terbuka pengetahuan Islam di dunia barat dan dapat dipelajari di wilayah barat dengan bahasanya. Dan ada yang diperbaharui sesuai dengan paham barat, sehingga ada perbedaan isi dari manuskrip-manuskrip yang asli dari timur.
b.      Fase Renaisance
Perkembangan pengetahuan dari dunia timur yang dikembangkan dengan paham-paham barat mengakibatkan bangkitnya dunia barat. Atas restu dari King Frederick I dari Sicily ( 1198-1212 M, sehingga semakin banyak mauskrip-manuskrip yang disalin dari dunia timur untuk dipelajari di dinia barat, dan ada perubahan-perubahan isi dari manuskrip-manuskrip tersebut karena disesuaikan dengan paham-paham barat, sehingga ada penyimpangan tentang ilmu yang disampaikan dari pemikir-pemikir asli dari dunia timur.
Perkembangan perubahan manuskrip-manuskrip dari timur juga diikuti dengan berkembangnya pengetahuan dunia baratdengan paham-paham barat. Penyalinan manuskrip-manuskrip tersebut juga diikuti dengan pembajakan, karena tokoh-tokoh barat ada yang mengakui manuskrip–manuskrip dari timur yang merupakan karangannya tanpa mencantumkan pengarang atau pemikir aslinya.
Kebangkitan bangsa barat ditndai dengan terbangunnya perguruan-perguruan tinggi di semenanjung Italia, Padua, Florence, Milano, Venezia, disusul oleh Oxford dan Cambridge di Inggris, Sorbonne di Perancis, dan Tubingen di Jerman.
Pada masa Kaisar Frederick IImemberikan fasilitas yang tidak terhingga untuk penyalinan manuskrip dan naskah dari timur kepada Michaeil Scot (1175-1234 M), tokoh pertama dalam sejarah menyalin karya-karya Averroes (Ibnu Rushd). Tahun 1217 M membawa naskah-naskah Arab dibidang astronomi dan bidang-bidang fisika lainnya. Seorang tokoh yang diberi fasilitas oleh Kaisar Frederick II adalah Hermanus Allemanus (1234-1256 M) yang menyalin karya-karya Al-Farabes (Al-Farabi), karya Rbetorica,karya Ibnu Rushd yang disalin oleh Aristoteles (384-322 SM) dalam bahasa Arab, yaitu  menyalin Poetic dan  Ethica.
Banyaknya karya-karya muslim yang disalin oleh bangsa barat dengan mengubah sesuai paham-pahamnya, sehingga mengakibatkan lemahnya isi dari salinan-salinan karya tersebut dan mendorong beberapa ilmuwan muslim, misalnya Isma’il R. Al-Faruqi, M. Naquib al-Attas, H. Hasan Bilgrami, S. Al Asyraf, Ziauddin Sardar, dan lain-lain untuk menumpahkan pikiran mereka terhadap persoalan-persoalan ini, yang dilakukan dengan cara :
1.       Mencoba menumbuhkan kesadaran akan persoalan yang ada, dengan menunjukkan kekurangan-kekurangan sistem barat dan kelemahan-kelemahan produknya di dunia Islam,
2.       Menawarkan penyelesaian yang dapat ditempuh, misalnya penulisan ulang ilmu-ilmu modern dengan menanggalkan ciri-ciri barat, kemudian mengisi dengan nilai-nilai Islam.
c.       Fase Kejayaan Barat
Perkembangan studi Islam di barat mendorong tokoh-tokoh barat untuk mengelilingi dunia guna mempelajari ilmu, tetapi dengan ketamakan bangsa barat membuat mereka menjajah Negara-negara muslim yang ada di bagian timur Karena alasan politik dan alasan ekonomi bangsa barat mendatangkan tokoh muslim untuk mencapai kesepakatn demi kemerdekaan bangsa timur dan mendatangkan bangsa timur sebagai tenaga kerja di wilayah barat.
Semakin banyak orang-orang muslim menjadi tenaga kerja bangsa barat, sehingga memudahkan bangsa barat untuk menundukkan bangsa timur. Dengan datangnya bangsa timur ke wilayah barat mengakibatkan pertambahan umat muslim di wilayah barat.
Masa ini menjadi awal masa terpuruknya umat muslim sampai sekarang dan menjadi masa kejayaan bangsa barat sampai sekarang.


C.      Perkembangan Studi Islam di Indonesia
Perkembangan studi Islam di Indonesia dimulai dengan adanya lembaga/ system pendidikan Islam dari langgar, pesantren, pendidikan kerajaan-kerajaan Islam dan menjadi system kelas.
a.       Sitem Langgar
Pendidikan dengan system langgar dijalankan di langgar(mushola), atau surau, atau masjid atau di rumah guru. Kuriulumnya bersifat elementer, yaitu mempelajari abjad huruf Arab. Sistem ini dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1.       Cara Sorongan, yaitu seorang murid berhadapan secara langsung dengan guru dan bersifat perorangan.
2.       Cara Halaqah, yaitu guru dikelilingi oleh murid-murid.
b.      Sistem Pesantren
Secara garis besar sma dengan system langgar, yaitu dengan cara sorongan dan halaqah, tetapi sudah ada wadah untuk belajar yaitu di Pesantren.
c.       Sistem Kerajaan
Sistem kerajaan ini dilaksanakan sesuai dengan kebijakan setiap kerajaan, sehingga ada perbedaan antar system kerajaan satu dengan yang lainnya.

 Sistem kerajaan diawali oleh:
a.       Kerajaan Samudera Pasai di Aceh, kerajaan ini didirikan Malik Ibrahim bin Mahdun pada abad 10 M. Materi yang diajarkan di majlis Ta’lim dan halaqah adalah fiqh mazhab al-Shafi’i.
b.      Kerajaan Perlak  di selat Malaka, lembaga pendidikan berupa majlis Ta’lim Tinggi yang dihadiri oleh murid khusus yang sudah alim dan mendalam ilmunya. Kitab yang dibaca yaitu kitab kualitas tinggi, misalnya al-Umm, kitab fiqh karangan imam al-Shafi’i.
c.       Kerajaan Aceh Darussalam (1511-1874 M), kerajaan yang berdiri tanggal 12 Zulkaedah 916 H (1511 M), dan menyatakan perang terhadap buta huruf dan buta ilmu.
Lembaga-lembaga negara yang berfungsi di bidang pendidikan, yakni:
1.       Balai Seutia Huhama
2.       Balai Seutia Ulama
3.       Balai Jama’ah Himpunan Ulama
Dengan jenjang:
a.       Meunasah (Madrasah)
b.      Rangkang (Tsanawiyah)
c.       Dayah (Aliyah)
d.      Dayah Teuku Cik (Perguruan Tinggi)

d.      Sistem Kelas
Perkembangan pendidikan di Indonesia mulai lahir sekolah model Belanda, sekolah Eropa, sekolah Vernahuler. Sekolah Eropa khusus bagi ningrat Belanda, sekolah Vernahuler khusus bagi warga negara Belanda.










D.  KESIMPULAN

Pengantar Studi Islam di dunia berawal dari wilayah timur tengah dan berkembang ke arah barat dan timur dengan perantara atau dibawa oleh pedagang , cendekiawan-cendekiawan dalam bentuk pendidikan. Kemajuan Studi Islam juga mengalami kejayaan dan kemunduran. Kejayaan pada saat banyaknya cendekiawan muslim dan mengalami kemunduran karena banyaknya cendekiawan non muslim yang mengubah paham-paham ilmu yang dipelajari dari bangsa timur.
Perkembangan Studi Islam di Indonesia diawali dengan sistem langgar, dilanjutkan dengan sitem pesantren yang sesuai dengan perkembangan dari masa ke masa berkembang di kerajaan-kerajaan dan dilanjutkan dengan adanya sekolah dengan sistem kelas.

Aliran Liberal


ALIRAN-ALIRAN DALAM ISLAM

Agama adalah persoalan keyakinan yang tidak bisa dipaksakan kepada seseorang. Keimanan adalah masalah “hidayah” yang tak boleh dipaksakan. Karena itu, bagi Djohan Effendi, semua manusia dituntut untuk bersikap toleran, bukan hanya kepada pemeluk agama lain, tapi juga kepada orang yang tidak meyakini agama [1]. Dalam masalah agama, tidak diijinkan untuk memaksakan apa yang menurut pendapat kita itu benar, karena semua orang mempunyai hak untuk menyampaikan pendapatnya, baik itu pendapat akan diterima oleh masyarakat ataupun tidak, akan tetapi setiap manusia wajib memberikan kesempatan berbicara kepada yang lain.
Keyakinan yang kita imani ini merupakan hal yang tidak selayaknya untuk dipaksakan kepada orang lain. Islam merupakan agama yang benar-benar agama dari Allah SWT. Allah SWT tidak mengajarkan manusia untuk memaksakan keyakinan kepada orang lain.
Sesuai hadist Rasulullah SAW, dari Abu Hurairah ra., ia berkata: “Rasulullah SAW telah bersabda, ‘Kaum Yahudi telah terpecah menjadi 71 atau 72 golongan, dan kaum Nasrani telah terpecah menjadi 71 atau 72 golongan, dan ummatku akan terpecah menjadi 73 golongan”. Sudah diceritakan bahwa umat Islam sendiri akan terpecah menjadi 73 golongan yang ada disegala belahan dunia ini dan berbagai macam pandangan tentang Islam, salah satunya yaitu Mu’tazilah, Asy’ariyyah, Qadariyah, Jabariyah, Sifatiyah, Syafi’iyyah, Hanafiyah, dan lain-lain, dimasa modern, sesuai dengan konteks nomenklatur dan neologi yang beredar, aliran-aliran pemikiran Islam kemudian terpecah menjadi Tradisionalis, Modernis, Neomodernis, Postmodernis, Revivalis, Neorevivalis, dan nama-nama lain yang mewakili setiap kecenderungan pemikiran dalam Islam.
Dengan perkembangan arus modernisasi dan perkembangan ke arus kebebasan dalam menyampaikan pemikiran membawa intelektual-intelektual Islam mebahas tentang adanya aliran Liberal yang ada saat ini. Para intelektual muslim liberal itu, yakni perasaan dan semangat untuk membebaskan (liberating) umat Islam dari belenggu keterbelakangan dan kejumudan sejak –paling tidak—lima abad terakhir. Belenggu inilah yang dianggap sebagai sebab utama ketakberdayaan bangsa-bangsa muslim di depan bangsa asing (kolonialisme) [2]. Sehingga bangsa asing lebih memandang rendah bangsa-bangsa muslim dengan cara-cara yang menurut mereka efektif untuk merendahkan dan memecah belah bangsa muslim.
Para intelektual liberal, sejak awal kebangkitan, telah menuntaskan persoalan ini dengan menyatakan bahwa bentuk negara adalah sesuatu yang didiamkan oleh syariah (silent sharia). Karena didiamkan, maka menjadi hak dan tugas manusialah untuk mencarikan bentuknya. Diantara intelektual yang berbicara tentang masalah ini adalah Ali Abd al-Raziq[3] dimasa silam atau Nurcholish Madjid[4] di masa sekarang. Dalam persoalan menyangkut hak-hak kaum perempuan, pandangan konservatisme mendukung sikap fundamentalisme. Kaum perempuan selalu dipandang sebagai makhluk nomor dua yang tak banyak bisa diandalkan. Kalangan konservatif dan sebagian besar kaum fundamentalis menganggap perempuan hanya separuh harga laki-laki, baik dalam hal ekonomi (warisan), hukum (kesaksian), politik (tak boleh jadi pemimpin), dan hak-hak individu (harus selalu lewat laki-laki). Kendati banyak sekali ajaran-ajaran Islam yang secara eksplisit maupun implisit menghormati kedudukan kaum perempuan, kaum konservatif dan fundamentalis agaknya lebih suka meletakkan kaum wanita di belakang kaum laki-laki, baik dalam pengertiannya yang harafiah maupun takwiliyah.






ISLAM LIBERAL
            "Liberal" berasal dari kata Latin 'liber' yang artinya "bebas" atau merdeka", bandingkan dengan kata 'liberty', "kemerdekaan". Liberalis adalah mereka yang "bebas" dalam berpendirian. Dalam kekristenan, kalangan liberal adalah mereka yang "bebas" dari otoritas tertentu. Anda tentu tahu bahwa ada beberapa jenis otoritas dalam kekristenan, di antaranya otoritas gereja dan otoritas Alkitab. Kalangan liberal ingin bebas dari otoritas gereja, ingin bebas dari otoritas Alkitab.
Akar dari teologi liberal (juga disebut sebagai modernisme) dapat ditelusuri sampai ke Jerman pada abad kedelapan belas, Immanuel Kant (1724-1804) biasanya dipertimbangkan sebagai bapak dari religius liberalisme modern, Kant menyangkali bukti-bukti dari eksistensi Allah, dan mempertahankan bahwa manusia hanya dapat mengetahui Allah melalui penalaran, Pendekatan ini merupakan hasil dari Pencerahan, yang memandang tradisi dan otoritas Alkitab dengan kecurigaan dan mengklaim jasa dari penalaran, Friedrich Schleiermacher (1768-1834) membawa gambaran baru pada teologi melalui penekanannya pada "perasaan" dalam agama Schleiermacher berusaha untuk membuat teologi cocok dengan pikiran modern, la mengajarkan bahwa agama tidak dapat diidentifikasi dengan kredo-kredo, melainkan dengan ekspresi dari perasaan, baik itu ekspresi seni, literatur atau yang lain, Schleiermacher mendefinisikan agama sebagai "perasaan dari kebergantungan yang absolut". Sebaliknya, ia mengidentifikasikan dosa sebagai keegoisan yang menguasai seseorang akan dunia ini, George Hegel (1770-1831) membawa pemikiran liberal ke arah lain, Hegel membawa konsep evolusi ke dalam sejarah (dan agama) pada waktu ia mengajarkan bahwa sejarah adalah pertemuan dari gerakan-gerakan yang berlawanan (tesis-antitesis) dengan percampuran dari keduanya (sintesis), Banyak orang merasakan bahwa filsafat Hegelian sangat dipengaruhi oleh Ferdinand C, Baur (1792-1860) dan Julius Wellhausen (1844-1918) di dalam hal studi kritis terhadap Alkitab. Maka, lahirlah higher criticism, dimana pandangan tradisional tentang penulis kitab-kitab di Alkitab dipertanyakan.
Islam Liberal atau JIL (Jaringan Islam Liberal) adalah kemasan baru dari kelompok lama yang orang-orangnya dikenal nyeleneh. Kelompok nyeleneh itu setelah berhasil memposisikan orang-orangnya dalam jajaran yang mereka sebut pembaharu atau modernis, kini melangkah lagi dengan kemasan barunya. Mula-mula yang mereka tempuh adalah mengacaukan istilah. Mendiang Dr Harun Nasution direktur Pasca Sarjana IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Jakarta berhasil mengelabui para mahasiswa perguruan tinggi Islam di Indonesia, dengan cara mengacaukan istilah. Yaitu memposisikan orang-orang yang nyeleneh sebagai pembaharu. Di antaranya Rifa'at At-Thahthawi (orang Mesir alumni Paris yang menghalalkan dansa-dansi laki perempuan campur aduk) oleh Harun Nasution diangkat-angkat sebagai pembaharu dan bahkan dibilang sebagai pembuka pintu ijtihad. Hingga posisi penyebar faham menyeleweng itu justru didudukkan sebagai pembaharu atau modernis (padahal penyeleweng agama). Dengan berkembangnya aliran liberal ini, banyak kelompok-kelompok yang mengatasnamakan Islam sebagai tameng untuk berjihad.
            Akibatnya, dikesankanlah bahwa posisi Rifa'at At-Thahthawi itu sejajar dengan Muhammad bin Abdul Wahab pemurni ajaran Islam di Saudi Arabia. Padahal hakekatnya adalah dua sosok yang berlawanan. Yang satu mengotori pemahaman Islam, yang satunya memurnikan pemahaman Islam. Pemutar balikan fakta dan istilah itu disebarkan Harun Nasution secara resmi di IAIN dan perguruan tinggi Islam se-Indonesia lewat buku-bukunya, di antaranya yang berjudul Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, terbit sejak 1975. Pengacauan istilah itu dilanjutkan pula oleh tokoh utama JIL yakni Nurcholish Madjid. Dia menggunakan cara-cara Darmogandul dan Gatoloco, yaitu sosok penentang dan penolak syari'at Islam di Jawa yang memakai cara: Mengembalikan istilah kepada bahasa, lalu diselewengkan pengertiannya. Darmogandul dan Gatoloco itu menempuh jalan Mengembalikan istilah kepada bahasa, kemudian bahasa itu diberi makna semaunya, lalu dari makna bikinannya itu dijadikan hujjah/ argumen untuk menolak syari'at Islam. Dengan begitu, maka Darmogandul dan Gatoloco akan lebih mudah mengacaukan syari’at Islam yang sudah ada. Dan memudahkannya untuk menjerumuskan umat muslim yang hanya mengetahui setengah-setengah.
FAHAM JIL
JIL berawal dari kongko-kongko antara Ulil Abshar Abdalla (Lakpesdam NU), Ahmad Sahal (Jurnal Kalam), dan Goenawan Mohamad (ISAI) di Jalan Utan Kayu 68 H, Jakarta Timur, Februari 2001. Tempat ini kemudian menjadi markas JIL. Para pemikir muda lain, seperti Lutfi Asyyaukani, Ihsan Ali Fauzi, Hamid Basyaib, dan Saiful Mujani, menyusul bergabung. Dalam perkembangannya, Ulil disepakati sebagai koordinator. Gelora JIL banyak diprakarsai anak muda, usia 20-35-an tahun. Mereka umumnya para mahasiswa, kolomnis, peneliti, atau jurnalis. Tujuan utamanya: menyebarkan gagasan Islam liberal seluas-luasnya. "Untuk itu kami memilih bentuk jaringan, bukan organisasi kemasyarakatan, maupun partai politik," tulis situs islamlib.com. Lebih jauh tentang gagasan JIL lihat: Manifesto Jaringan Islam Liberal.
JIL mendaftar 28 kontributor domestik dan luar negeri sebagai "juru kampanye" Islam liberal. Mulai Nurcholish Madjid, Djohan Effendi, Jalaluddin Rakhmat, Said Agiel Siradj, Azyumardi Azra, Masdar F. Mas'udi, sampai Komaruddin Hidayat. Di antara kontributor mancanegaranya: Asghar Ali Engineer (India), Abdullahi Ahmed an-Na'im (Sudan), Mohammed Arkoun (Prancis), dan Abdallah Laroui (Maroko).
Jaringan ini menyediakan pentas berupa koran, radio, buku, booklet, dan website bagi kontributor untuk mengungkapkan pandangannya pada publik. Kegiatan pertamanya: diskusi maya (milis). Lalu sejak 25 Juni 2001, JIL mengisi rubrik Kajian Utan Kayu di Jawa Pos Minggu, yang juga dimuat 40-an koran segrup. Isinya artikel dan wawancara seputar perspektif Islam liberal. Tiap Kamis sore, JIL menyiarkan wawancara langsung dan diskusi interaktif dengan para kontributornya, lewat radio 68H dan 15 radio jaringannya. Tema kajiannya berada dalam lingkup agama dan demokrasi. Misalnya jihad, penerapan syariat Islam, tafsir kritis, keadilan gender, jilbab, atau negara sekuler. Perspektif yang disampaikan berujung pada tesis bahwa Islam selaras dengan demokrasi.
Dalam situs islamlib.com dinyatakan, lahirnya JIL sebagai respons atas bangkitnya "ekstremisme" dan "fundamentalisme" agama di Indonesia. Seperti munculnya kelompok militan Islam, perusakan gereja, lahirnya sejumlah media penyuara aspirasi "Islam militan", serta penggunaan istilah "jihad" sebagai dalil kekerasan.
JIL tak hanya terang-terangan menetapkan musuh pemikirannya, juga lugas mengungkapkan ide-ide "gila"-nya. Gaya kampanyenya menggebrak, menyalak-nyalak, dan provokatif. Akumulasi gaya ini memuncak pada artikel kontroversial Ulil di Kompas yang dituding FUUI telah menghina lima pihak sekaligus: Allah, Nabi Muhammad, Islam, ulama, dan umat Islam. "Tulisan saya sengaja provokatif, karena saya berhadapan dengan audiens yang juga provokatif," kata Ulil.
"Kita tidak perlu menghiraukan nomenklatur. Tetapi jika sebuah nama harus diberikan padanya, marilah kita sebut itu 'Islam liberal' [5].” Perkenalan istilah "Islam liberal" di Tanah Air terbantu oleh peredaran buku Islamic Liberalism (Chicago, 1988) karya Leonard Binder dan Liberal Islam: A Source Book (Oxford, 1998) hasil editan Charles Kurzman. Terjemahan buku Kurzman diterbitkan Paramadina Jakarta, Juni 2001. Versi Indonesia buku Binder dicetak Pustaka Pelajar Yogyakarta, November 2001. Sebelum itu, Paramadina menerjemahkan disertasi Greg Barton di Universitas Monash, berjudul Gagasan Islam Liberal di Indonesia, April 1999. Namun, dari ketiga buku ini, tampaknya buku Kurzman yang paling serius melacak akar, membuat peta, dan menyusun alat ukur Islam liberal. Para aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL) juga lebih sering merujuk karya Kurzman ketimbang yang lain.
Kurzman sendiri meminjam istilah itu dari Asaf 'Ali Asghar Fyzee, intelektual muslim India. Fyzee orang pertama yang menggunakan istilah "Islam liberal" dan "Islam Protestan" untuk merujuk kecenderungan tertentu dalam Islam. Yakni Islam yang nonortodoks; Islam yang kompatibel terhadap perubahan zaman; dan Islam yang berorientasi masa depan, bukan masa silam.
"Liberal" dalam istilah itu, menurut Luthfi Assyaukanie, ideolog JIL, harus dibedakan dengan liberalisme Barat. Istilah tersebut hanya nomenklatur (tata kata) untuk memudahkan merujuk kecenderungan pemikiran Islam modern yang kritis, progresif, dan dinamis. Dalam pengertian ini, "Islam liberal" bukan hal baru. "Fondasinya telah ada sejak awal abad ke-19, ketika gerakan kebangkitan dan pembaruan Islam dimulai," tulis Luthfi.
Periode liberasi itu oleh Albert Hourani (1983) disebut dengan "liberal age" (1798-1939). "Liberal" di sana bermakna ganda. Satu sisi berarti liberasi (pembebasan) kaum muslim dari kolonialisme yang saat itu menguasai hampir seluruh dunia Islam. Sisi lain berarti liberasi kaum muslim dari cara berpikir dan berperilaku keberagamaan yang menghambat kemajuan.
Luthfi menunjuk Muhammad Abduh (1849-1905) sebagai figur penting gerakan libaral pada awal abad ke-19. Hassan Hanafi, pemikir Mesir kontemporer, menyetarakan Abduh dengan Hegel dalam tradisi filsafat Barat. Seperti Hegel, Abduh melahirkan murid-murid yang terbagi dalam dua sayap besar: kanan (konservatif) dan kiri (liberal).
JIL itu menyebarkan faham yang menjurus kepada pemurtadan. Yaitu sekulerisme, inklusifisme, dan pluralisme agama. Sekulerisme adalah faham yang menganggap bahwa agama itu tidak ada urusan dengan dunia, negara dan sebagainya. Inklusifisme adalah faham yang menganggap agama kita dan agama orang lain itu posisinya sama, saling mengisi, mungkin agama kita salah, agama lain benar, jadi saling mengisi. Tidak boleh mengakui bahwa agama kita saja yang benar. (Ini saja sudah merupakan faham pemurtadan). Lebih-lebih lagi faham pluralisme, yaitu menganggap semua agama itu sejajar, paralel, prinsipnya sama, hanya beda teknis. Dan kita tidak boleh memandang agama orang lain dengan memakai agama yang kita peluk [6]. Jadi faham yang disebarkan oleh JIL itu adalah agama syetan, yaitu menyamakan agama yang syirik dengan yang Tauhid.
Tampaknya orang-orang yang pikirannya kacau dan membuat kekacauan agama seperti itu adalah yang telah merasakan celupan dari pendeta, atau Yahudi, atau Barat, atau yang dari awalnya bergaul di lingkungan faham sesat Ahmadiyah dan sebagainya atau di lingkungan ahli bid'ah. Berikut ini contoh nyata, Ahmad Wahib yang mengaku sekian tahun diasuh oleh pendeta dan Romo. Kemudian fahamnya yang memurtadkan pun disebarkan oleh Johan Effendi, tokoh JIL yang jelas-jelas anggota resmi aliran sesat Ahmadiyah. Di antara fahamnya sebagai berikut: Ahmad Wahib Menafikan Al-Qur'an dan Hadits sebagai Dasar Islam
Setelah Ahmad Wahib berbicara tentang Allah dan Rasul-Nya dengan dugaan-dugaan, "menurut saya" atau "saya pikir", tanpa dilandasi dalil sama sekali, lalu di bagian lain, dalam Catatan Harian Ahmad Wahib ia mencoba menafikan Al-Qur'an dan Hadits sebagai dasar Islam. Dia ungkapkan sebagai berikut:
Kutipan: " Menurut saya sumber-sumber pokok untuk mengetahui Islam atau katakanlah bahan-bahan dasar ajaran Islam, bukanlah Qur'an dan Hadits melainkan Sejarah Muhammad. Bunyi Qur'an dan Hadits adalah sebagian dari sumber sejarah dari sejarah Muhammad yang berupa kata-kata yang dikeluarkan Muhammad itu sendiri. Sumber sejarah yang lain dari Sejarah Muhammad ialah: struktur masyarakat, pola pemerintahannya, hubungan luar negerinya, adat istiadatnya, iklimnya, pribadi Muhammad, pribadi sahabat-sahabatnya dan lain-lainnya [7]."

Ungkapan tersebut mengandung pernyataan yang aneka macam.
§  Menduga-duga bahwa bahan-bahan dasar ajaran Islam bukanlah Al-Quran dan Hadits Nabi saw. Ini menafikan Al-Quran dan Hadits sebagai dasar Islam.
§  Al-Qur'an dan Hadits adalah kata-kata yang dikeluarkan oleh Muhammad itu sendiri. Ini mengandung makna yang rancu, bisa difahami bahwa itu kata-kata Muhammad belaka. Ini berbahaya dan menyesatkan. Karena Al-Qur'an adalah wahyu dari Allah SWT yang dibawa oleh Malaikat Jibril, disampaikan kepada Nabi Muhammad saw, diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun lebih. Jadi Al-Qur'an itu Kalamullah, perkataan Allah, bukan sekadar kata-kata yang dikeluarkan Muhammad itu sendiri seperti yang dituduhkan Ahmad Wahib. Allah SWT menantang orang yang ragu-ragu: "Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar." (QS Al-Baqarah: 23).
§  Al-Qur'an dan Hadits dia anggap hanya sebagian dari sumber sejarah Muhammad, jadi hanya bagian dari sumber ajaran Islam, yaitu Sejarah Muhammad. Ini akal-akalan Ahmad Wahib ataupun Djohan Effendi, tanpa berlandaskan dalil.
§  Al-Qur'an dan Hadits disejajarkan dengan iklim Arab, adat istiadat Arab dan lain-lain yang nilainya hanya sebagai bagian dari Sejarah Muhammad. Ini menganggap Kalamullah dan wahyu senilai dengan iklim Arab, adat Arab dan sebagainya. Benar-benar pemikiran yang tak bisa membedakan mana emas dan mana tembaga. Siapapun tidak akan menilai berdosa apabila melanggar adat Arab.









MEMAHAMI ISLAM LIBERAL
            Gagasan Islam liberal sampai hari ini mengundang perdebatan karena oleh banyak kalangan dianggap lepas dari pakem pemikiran khas Islam Indonesia dan berkesan kebarat-baratan. Yang lebih tragis, ada asumsi pejoratif terhadap gagasan ini, yaitu dapat berakibat buruk terhadap autentisitas ajaran Islam. Sebenarnya gagasan ini bukanlah gagasan baru karena Leonard Binder telah menulis buku mengenai Islam liberal, 1988. Sepintas memang gagasan ini mengesankan citra negatif, karena istilah liberal, terutama dalam konteks kehidupan agama, telanjur dipahami secara hitam putih, bernada miring, dan mencitrakan pemikiran destruktif Islam. ada yang meyakini gagasan liberal ini adalah cara pandang kalangan agnostik yang ragu terhadap kebenaran otentisitas agama, mendesakralisasikan Tuhan, dan membongkar tatanan formal dan simbolik agama.
Charles Khurzman, Islam liberal justru ditempatkan dalam tataran netral. Yaitu suatu upaya dalam memudahkan membuat pengategorian bahwa ada sekelompok intelektual Islam yang berusaha mengembangkan gagasan keislaman yang bersifat toleran, terbuka, dan progresif dalam merespons isu-isu global[8]. Namun tetap berpegang pada autentisitas Islam dan tidak menaruh kecurigaan terhadap sesuatu yang berasal dari Barat atau di luar Islam lain. Islam liberal juga meyakini sepenuhnya rujukan utama dalam menghadapi dinamika persoalan global umat Islam harus berpegang pada rel syariah Islam.
Pertanyaannya, bagaimana mengimplementasikan syariah versi Islam liberal itu untuk menjawab persoalan global yang begitu cepat?
pertama tipe syariah yang diam. Menurut tipe ini, umat Islam memiliki kebebasan merespons persoalan global karena syariah, terutama yang berhubungan dengan kehidupan publik tidak memberikan bentuk yang rigit dan rinci. Karena itu, Islam dapat mengambil rujukan dari luar Islam.
kedua, syariah yang ditafsirkan. Tipe ini memberikan ruang yang luas pada ranah nalar dan tafsir kontekstual terhadap doktrin Islam agar dapat berselaras dengan perubahan zaman. Cara pandang seperti ini biasanya menggunakan pendekatan hermeunitik, terutama ditujukan dalam menegasikan cara tafsir tradisional yang lebih ortodoks dan eksklusif menuju tafsir-tafsir doktrin Islam yang inklusif dan menjauhkan pembiasan makna Islam fundamental. Islam seperti ini diharapkan menjadi Islam yang dapat memberikan pesan moral dan menempatkan substansi syariah. Yaitu berpihak pada keadilan dan menolong yang lemah dan papa.
ketiga, syariah liberal. Menurut tipe ini, sebenarnya syariah sejak awal bersifat liberal jika dipahami secara tepat. Watak liberal ini, selain melekat pada Alquran, juga terevidensi secara sempurna dalam historis Islam. Karena itu, sebenarnya Islam telah menyediakan argumen amat autentik dalam merespons persoalan-persoalan global yang dihadapi umat Islam.
            "Pada akhir zaman, akan muncul sekelompok anak muda usia yang bodoh akalnya.
Mereka berkata menggunakan firman Allah, padahal mereka telah keluar dari Islam, bagai keluarnya anak panah dari busurnya. Iman mereka tak melewati tenggorokan. Di mana pun kalian jumpai mereka, bunuhlah mereka. Orang yang membunuh mereka akan mendapat pahala di hari kiamat[9]."











TOKOH-TOKOH LIBERAL
Tokoh-tokoh Jaringan Islam Liberal atau berfaham Islam Liberal / Sekuler / Pluralisme :
1.      Prof. Dr. Nurcholish Madjid ( Cak-Nur ) , Pimpinan Universitas Paramadina Mulya JKT  (sudah mampus, mayatnya menghitam …. mungkin kutukan Allah atau sekedar akibat  penyakit, wallahualam …)
2.      Dr. Azyumardi Azra , IAIN syarif hidayatullah JKT
3.      Abdallah Laroui , University Muhammad V , Maroko
4.      Masdar F Mas'udi , Pusat Perkembangan Pesantren dan masyarakat JKT
5.      Goenawan Muhammad , Redaktur Majalah Tempo , JKT
6.      Ir. Djohan Effendi , Deakin University , AUS
7.      Abdullah Ahmad an-Naim , University of Khartoum , SUDAN
8.      Jalaluddin Rahmat , yayasan Muthahhari Bandung .
9.      Nasaruddin Umar , IAIN syarif hidayatullah JKT
10.  Komaruddin Hidayat , yayasan paramadina JKT
11.  Said Agil Sirajh Sag  , PBNU JKT .( pernah jadi pejabat RI - MENAG )
12.  Denny JA , Universitas jayabaya JKT
13.  Rizal Mallarangeng , CSIS JKT Aktif di Politik .
14.  Ulil Abshar Abdalla , Lakpesdam NU , JKT ( Tokoh muda dari NU yg banyak nulis di koran2 ) , Koordinator JIL .
15.  Ade Armando , Universitas Indonesia , DEPOK JKT
16.  Syamsurizal Panggabean , Universitas Gajah Mada ( UGM ) , Jogjakarta .
17.  Munawir Sadzalli , Mantan MENAG RI .
18.  Charles Kurzman , University of North Carolina .
19.  Edward Said
20.  Asghar Ali engineer .
21.  Sadeq Jalal Azam , Damascus University , Suriah
22.  Budi Munawar rahman , Yayasan Paramadina JKT
23.  Ihsan Ali Fauzi , Ohio University AS
24.  Taufiq Adnan Amal , IAIN Alauddin Ujung Pandang .
25.  Hamid Basyaib , Yayasan aksara , JKT
26.  Luthfi Assyaukanie , Paramadina JKT
27.  Syaiful Mujani , Ohio State University AS
28.  Dr Siti Musdah Mulia ( pencetus Tim pengerasutamaan gender - Draft Kompilasi Hukum Islam )
29.  Ahmad Gaus AF
30.  Frans Magnis Suseno
31.  Ignas Kleden
32.  Syafi'i Anwar
33.  Adnan Kresna
34.  Dawam rahardjo ( Tokoh Utama - awal-awal munculnya faham Islam liberal )
35.  Johan effendi ( Tokoh Utama - awal-awal munculnya faham Islam liberal )
36.  Ahmad Wahid ( Tokoh Utama - awal-awal munculnya faham Islam liberal )
37.  dll 
( Sumber : " Aliran & Paham Sesat di Indonesia " , Ust Hartono Ahmad Jaiz  , Cet 1  Peb 2002 , Pustaka Al-Kautsar , hal : 235-236
" Tasawuf , Pluralisme dan Pemurtadan , Ust Hartono Ahmad Jaiz   , Pustaka Al-Kautsar , Sabili No . 20 thn XII . www.hidayatullah.com )


[1] Lihat wawancara
selengkapnya dengan Djohan Effendi “Harus Ada Kebabasan Untuk Tidak Beragama
di website Islam Liberal (http://www.islamlib.com/wawancara/masjohan.html).
[2] Oleh Luthfi Assyaukanie
[3] karya monumentalnya al-Islam wa Ushul al-Hukm: Ba’ts fi al-Khilafah wa al-Hukumah fi al-Islam (Islam
dan dasar-dasar pemerintahan: Kajian tentang khilafah dan pemerintahan dalam
Islam). Cetakan pertama, Cairo, 1342/1925.
[4] surat-surat Nurcholish Madjid dengan Mohamad Roem yang telah dibukukan, Tidak Ada Negara Islam: Surat-Surat Politik Nurcholish Madjid-Mohamad Roem, Jakarta Penerbit Djambatan, 1997.
[5] Asaf 'Ali Asghar Fyzee [India, 1899-1981
[6] Ini sudah lebih jauh lagi pemurtadannya
[7] Catatan Harian Ahmad Wahib, hal 110, tertanggal 17 April 1970
[8] Dari Suara Merdeka, 31 Mei 2002
[9] Bahaya Islam Liberal. Buku saku setebal 100 halaman itu ditulis Hartono Ahmad Jaiz, 50 tahun, seorang mantan wartawan.